Bukan lagi dalam mimpi untuk menemui semua awan sore tadi. Terlihat berkerumunan yang memutih dan indah. Resah atau apalah manusia umum menyebutnya itu, dapat sedikit terkikis. Kau adalah awan tersendiri yang ku nanti di pantai ini. Dan, aku hanyalah tanah yang dibuat istana pasir oleh orang-orang yang sering berkunjung. Menyendiri atau hanya sekedar menikmati pesona pantai ini. Ataukah mereka juga turut selalu menanti hadirmu, awanku. Entahlah. Kalaupun itu benar aku rasa wajar saja.
Hei kawanku yang berkaki empat pasang. Yang juga turut senang menemaniku di sini. Terkadang aku yang tersenyum sendiri ini, melihatmu dengan bangga menunjukan sepasang kaki depan yang telah berevolusi menjadi sepasang capit. Senjata andalannya untuk saling menyapa lawan jenis dari bangsanya. Lihatlah disana, ke arah langit dimana burung-burung camar terbang menjulang. Dapatkah kau temui segumpalan awan putih yang selalu terlihat diam. Seperti mengamati deburan ombak yang tak kunjung henti.
Tadi, ku lihat juga matahari yang senangtiasa bersinar terang. Seolah membawa senyuman tersendiri. Cerah. Dan terlihat menguning ketika akan beranjak pulang. Berakhir petang menyelimutiku. Seolah aku iri padamu, matahari. Kau selalu dapat bersama dengan awan, meski ke mana kau pergi. Ataupun bercengkrama dengan awan dengan asiknya.
Kau tahu awan ?sungguh teramat senang melihatmu selalu di sana. Adanya dirimu selalu membuat diriku terasa sejuk. Karena kau memberikan keteduhan dari sengatan panas sinar matahari.
Terkadang aku berpikir untuk dapat berjumpa denganmu, di daratan bumi ini. Tapi kapan, gumamku dalam hati.
Mungkinkah dirimu akan meluruh menjadi butiran-butiran air. Jatuh sebagai rintikan hujan. Menemani kerinduanku padamu, awan. Seperti teman-temanmu yang ikut jatuh ke daratan gersang ini. Memilih butiran tanah yang mereka inginkan.
Hadirmu di daratan ini, selalu membawa harapan baru untuk kehidupan. Keajaiban yang telah Tuhan anugerahkan padamu sungguhlah sangat luar biasa. Aku dan kamu, awan bercampur tanah. Menjadikan alam ini menjadi hidup dengan aneka ragam makhluk yang ada di atasnya.
Oleh karena itu, awan, datanglah kemari dengan sejuta pesonamu. Aku kan selalu menunggumu disini. Di daratan yang sangat merindukan dirimu.
Sepotong hati kami masih
tertinggal disana, di tempat yang seharusnya kami ingat. Sudah berjalan
waktu kami tuk melanjutkan harap, tapi siapa sangka kami bernostalgia
kembali ditengah kesibukan yang ada. Masa-masa itu, yang pernah kami
alami.
Masih terekam dan diputar berulang-ulang oleh otak. Oleh
simpul saraf yang terpacu tuk menghubungkannya dengan kejadian masa
kecil. Entah bagaimana mereka mengajarkan kami kebahagiaan yang
sederhana. Kebahagiaan yang menyederhanakan hidup. Tentang semangat
mereka, tentang keceriaan mereka, dan impian yang sangat kuat untuk
diyakini.
Pernah aku diceritakan bagaimana ajaibnya mereka oleh
salah satu guru."Ini loh nak, namanya Reyhan, dia itu bisa mengerjakan
soal-soal ujian kelas 3 padahal dia masi kelas 1 SD", ungkapnya begitu
bangga.
Betapa ajaibnya mereka, ditengah keterbatasan yang mereka
hadapi, ada beberapa siswanya yang mampu berprestasi. Ya, berprestasi.
Menurutku bisa mengerjakan soal-soal 2 tingkat diatasnya sungguh
merupakan prestasi yang sangat perlu diberi apresiasi. Dan betapa
beruntungnya kita bisa memberikan sedikit lekukan senyum di wajahnya.
Dan
ada lagi cerita yang menarik tentang mereka. Salah satunya yang
diungkapkan oleh guru yang sama juga,"dia itu unik, namanya Nur, dia itu
bener-bener polos. Masak pas di kelas lagi ribut terus saya marah, saya
terus nyuruh pulang. Ehh.. ternyata malah pulang beneran, sampai di
rumah pula, sampai saya itu khawatir loh, nak". Aku pun hanya bisa
terkekeh mendengar ceritanya. Sungguh betapa dunia mereka masih sangat
menyenangkan.
Masih ingatkah kalian saat meraka menyalami tangan
kita dan kemudian menciumnya sembari mengucapkan,"terimakasih kakak udah
datang ke sini, besok datang lagi ya, kak". Dan entah mengapa, dada ini
terasa sesak. Seperti ada sesuatu yang ingin disampaikan, tapi apalah
itu, kalian pasti mengetahuinya.
Dan masih banyak hal lainnya yang
bisa membuat kami terasa betah berada diantara mereka.Tapi entahlah apa
yang mereka lakukan, yang jelas mereka telah mengajarkan kita tentang
kebahagiaan. Bagaimana sesuatu yang kecil apabila rame-rame terasa
sangat membahagiakan.
Yang tengah itu namanya Nur. Dan dapat kau lihat. Betapa bahagianya mereka. Kebahagiaan yang sederhana.
;