Rabu, 02 September 2015 0 komentar
Layang-layang belajar terbang. Layang-layang ini sudah lama tak terbang, dia hanya tertiup kesana-kemari tanpa arah. Sekarang dia sudah tertali. Maka belajar terbanglah dia melebihi pucuk cemara. Angin timur meniupnya kencang menjajaki tahta awan. Siapa yang bisa menjadikannya tinggi kalau tak berjumpa tali yang dilihatnya pagi diujung meja. Sudah lama tak menyadari atau sudah waktunya untuk terbang tinggi.
Jumat, 24 Juli 2015 0 komentar

Aku akan sedikit berkata, hingga engkau paham kata-kata yang belakangan ini kehilangan ruhnya.
Nantipun masih akan aku dengar resahmu dari pangkal huruf A hingga ujung Z, hingga tanda-tanda yang belum engkau terjemahkan.
Beginilah waktu hingga purnama menjadi purnama dalam batas fana.

Kamis, 18 Juni 2015 0 komentar

Orang yang Butuh Bicara

Dalam hiruk pikuk manusia kini ada seorang yang merasa hening dalam dirinya. Kejadian-kejadian sekitar membuat dirinya terlibat sedikit dan tak jarang juga banyak. Hampir-hampir bagian kebahagiaannya diciptakan melalui kejadian-kejadian disana. Kejadian yang meliputi orang, tempat, cerita, dan rerasa. Banyak kalangan menganggap dirinya hilang dalam dunia yang diciptakannya sendiri. Tapi orang itu keliru, dia hilang dalam pencarian diri.
Apakah kini manusia menyadari dirinya sendiri? Siapakah dia? Ruang-ruang penciptaan imajinasi dibuatnya nyata. Dia mengeluarkan suara tawa dan tangis bebarengan. Siapa yang tahu itu? Siapa yang sadari? Manusia kemudian termakan pada monolog. Media yang ada dimana seharusnya ada untuk saling berdialog kini pun bias. Apakah mereka benar-benar berdialog atau hanya sekedar bermonolog untuk memenangkan egonya? Pun kini adakah orang yang mendengar untuk berbicara? Mendengar untuk memahami? Disekitarmu, sadarikah ada orang yang butuh bicara denganmu kini dan nanti.

Senin, 04 Mei 2015 0 komentar

Perahu Patah Tiang

Perahu patah tiang
Terombang - ambing deras samudera
Menanti cakrawala menitip terang
Disana kau benderang

Ada duka yang terbaik
Kau karam bersama
Entah tua atau muda
Lusa lupa nona

Senin, 27 April 2015 0 komentar

Menjadi Malam

Jadilah malam, dalam apa adanya dan ketiadaan
Malam yang mencekam, dingin dan penuh ketakutan
Jadilah malam, jika engkau inginkan ketenangan
Mengusir kebencian dan keriuhan

Jadilah malam..
Begitulah malam, didalamnya ada doa-doa sebelum tidur, dongeng yang diceritakan pada anaknya, dan kerinduan lekat pada sujud

Menjadi malam, dan menjadilah
Meski tak pernah mudah
Sejengkal pun

Kamis, 09 April 2015 0 komentar
"Kala hati memilih disaat yang tidak tepat. Pasrah sama hati saja, nanti juga ada jawabannya. Kan perjalanan hidup, mengalirlah, tapi mengalir dengan tujuan."


Sering dari kita bertanya tentang perasaan yang sedang dialami. Kita inginkan segera jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari perasaan. Ada yang yakin, tak sedikit yang ragu. Kita mengira-ngira adakah benar yang kita rasakan. Yang awalnya ragu kemudian diyakinkan, sebaliknya yang yakin kemudian meragu. 

Perasaan itu paradoks sempurna. Ia bekerja dalam dimensi yang berkaitan satu sama lainnya. Oleh karenanya, ia yang merasa ragu terhadap perasaanya sebenarnya ragu tentang dirinya. Ragu untuk meyakini diri bisa menerima perasaan tersebut. Karena perasaan itu ada akibat stimulus yang diproses oleh diri.

Pasrah. Kata yang aku katakan. Jikalau kalian pasrah, menerima segala bentuk rasa, ku yakini kalian akan pahami. Kemudian dapat mengendalikan perasaan itu. Karena rasa yang kita terima adalah anugerah. Rasa itu ada untuk kita.Untuk kita pahami dan kita syukuri.

Bersyukurlah kita dititipkan perasaan-perasaan semacam itu oleh Allah.

Jumat, 20 Maret 2015 0 komentar

Terima kasih

Terima kasih sudah mau menghempaskan diri untuk mendapatkan pemahaman baru. Sudah mau rela dikatakan yang tidak-tidak untuk hal semacam itu. Seperti halnya dikatakan depresi, meski memang seperti itu. Terima kasih sudah mau menanggalkan rambut gimbalnya dan menahan ego untuk memelihara sampai wisuda.

Sudah tahu kan rasanya? Rasa untuk melihat dunia secara utuh. Terima kasih sudah mau beli buku-buku yang katanya tidak jelas, tapi tetap saja mau membacanya. Terima kasih sudah mau terus melangkah, meski ada perih dimana-mana. Terima kasih sudah mau memahami keadaan orang lain dan mengesampingkan perasaan sendiri. Terima kasih sudah mau mencoba untuk istirahat meski susah melakukannya. Terima kasih sudah mau menyediakan sebagian waktu untuk orang lain walaupun tidak tahu tinggal seberapa.

Kamis, 12 Maret 2015 0 komentar

Saat bertemu dengan cermin-cermin yang teramat bersih, maka kita bisa melihat diri kita sendiri. Ada yang menyukai bayangannya dan ada pula yang membencinya. Bagian terpenting dari hal ini adalah kesadaran setelah melihat dengan jelas. Lihat, dengar, dan rasakan.

Terima kasih sudah berbagi cerita ceria dongengnya.

Rabu, 11 Maret 2015 0 komentar

Saat merasa yakin dan telah memahami bagaimana cara semesta bekerja, maka puncak pemahamanmu akan dihempaskan lagi. Rasa ragu mulai meracuni. Dan siap pula diri meringkuk pada kesendirian. Pemahaman demi pemahaman akan terus diperbaiki pada tiap fase, hingga tidak akan pernah lupa harus seperti apa menjalani kehidupan. Kehidupan yang menghidupkan.

Selasa, 24 Februari 2015 0 komentar

Bersapa

Ada yang merindukan pertemuan hingga lupa bagaimana bersapa
Ada yang rindu bersapa hingga lupa bagaimana menata aksara
Ada yang rindu menata aksara hingga lupa bagaimana memulainya

Memulai pada akhirnya merujuk pada kosa kata penuh ketakutan
Hingga lupa selalu ada kata pertama disetiap bait cerita

Bahkan penyapa masih ingat cerita penuh rasa
Rasa yang terselip hingga lupa diterjemahkan oleh tersapa
Mungkin itulah cerita-cerita yang disebut dongeng
Karena pada akhirnya makna cerita hanya bersifat konon katanya
Dan akuilah aku yang bersuara lantang hingga kelak terjemahkan utuh
Berharap, masihkah engkau tersapa duduk-duduk memanivestasikan karakter dalam lakon utamanya

0 komentar

Masih menunggu hujan. Namun, sepertinya saya tidak tahu apakah nanti sudah siap kala benar datang? Semua perkara bumi dan langit. Sebagian berharap dan yang lainnya menentang.
Adalah hari ini saya menitip banyak pada hujan. Hujan yang akan menemani sepanjang perjalanan ke depan. Entah sampai tujuan atau tidak, saya siap tersesat di jalan.
Semuanya memiliki kemungkinan mutlak. Sesuatu yang harus terjadi maka akan terjadi. Lupakan perbedaan dan persamaan yang membentengi diri. Adakah masih utuh nurani mengetuk untuk engkau menjadi manusia.

Senin, 16 Februari 2015 0 komentar

Teruntuk kawan seperjuangan. Hari ini kalian sudah diwisuda ya? Selamat! Aku turut berbahagia. Kali ini mengenai hal yang tidak aku suka, yakni perkara perpisahan. Sudah bertahun-tahun kita berkawan, mulai dari ngopi bareng di angkringan, punya ide buat usaha, masuk organisasi, JJGJ tapi kalian sepertinya mau saja buat ngelakuin, hingga akhirnya kini aku akan mengucapkan 'selamat' kepada kalian. Kalian keren bisa lulus secepat ini, bangga rasanya bisa seangkatan dengan kalian. Barangkali tulisan ini bukan saja ditujukan pada yang lulus bulan ini, tapi pada seluruh kawan seangkatan yang katanya diatas rata-rata mungkin aku yang ada di rata-rata itu sebagai bukti aku belum lulus juga hingga detik ini.

Hey kalian, apa yang kalian lakukan setelah menginjak di dunia nyata nanti? Masihkah nanti suara-suara lantang dengan gaung idealisme itu aku dengar? Entah nanti kalian berada diposisi manapun. Kikuk memang rasanya bakalan berada di dunia dimana kita tidak tahu secara pasti apa saja yang akan terjadi. Tapi inilah asiknya hidup, kita bisa bebas memilih tapi tak bisa menghidar dari akibat yang akan datang. Selalu ada hal yang menantang didepan nanti, tapi bukankah kita akan selalu memilih menghadapinya dengan rasa optimis? Aku kenal kalian, kalian bukan tipe orang yang dengan mudah menyerah, kalian akan berbuat yang terbaik.

Adakah tahun-tahun nanti kita bisa berjumpa lagi? Bukan untuk pamer ini dan itu, tapi hanya sekedar berjumpa dengan kawan lama. Karena aku tahu pasti nanti akan ada kawan-kawan baru buat kalian begitu pun aku.

Kawan, jangan menyerah jika nanti kamu menemukan kesulitan dan rasa lelah. Ingat kembali rasa berkawan, nanti kau akan temui harapan. Jangan melawan, rapi berkawanlah dengan masa lalu, kini, dan masa depan. Hiduplah seutuh manusia. Harapan-harapan akan kalian nyata adanya. Nasehat ini buat aku juga yang harus segera lulus dan mendapatkan kesempatan seperti kalian semua. Kali ini waktu kalian, berbahagialah.

Jumat, 13 Februari 2015 0 komentar

Segelap-gelapnya malam masih ada bintang mengangkasa
Sesunyi-sunyinya diri masih ada Tuhan yang menemani
Tak ada cahaya yang tertolak dari gelapnya bumi
Tak ada daratan yang menolak hujan dari pertentangan
Suara yang tak bersuara, bisakah engkau mendengarnya?
Cahaya, terlihatkah dari sudut mata manismu?

Minggu, 01 Februari 2015 2 komentar

Akhir Dari Sebuah Keyakinan

Sejujurnya saya masih bingung untuk berbicara apa mengenai hal semacam ini. Kabar yang terlalu bahagia menurut saya, atau karena saya memang mudah dibuat bahagia. Bagi saya, buku merupakan salah satu sahabat terbaik. Berbicara mengenai buku, karya Sjuman Djaya yang mengisahkan riwayat hidup seorang tokoh sastra yaitu Chairil Anwar, merupakan suatu buku yang entah saya idamkan sejak kapan saya tidak tahu tepatnya. Entah karena sudah terlalu lama atau saya yang memang pelupa. Tapi semenjak ada short movie mengenai AADC saya kembali getol mencari buku ini. Kembali keluar masuk toko penjual buku lama, cari melalui online shop, dan kembali tidak mendapatkannya. 

Januari, ditengah membangkitkan mood untuk memulai penelitian dan mengarahkannya ke jalan yang seharusnya saya mencoba peruntungan dengan mencari buku ini sekali lagi. Saya pun menemukan blognya Mba Resty, www.restyamalia.com, melalui blognya Mba Resty mencoba mencari 'sahabat' baru bagi buku AKU miliknya, sebagai hadiah tahun baru. Saya mencoba peruntungan ini, dalam hati saya bilang 'siapa tahu berjodoh?' Soalnya saking frustasinya mencari buku ini saya pernah menulis kalimat-kalimat ini :

"Barangkali urusan mencari buku langka seperti mencari jodoh. Perlu daya dan upaya lebih untuk mendapatkannya. Kau harus rela selalu masuk keluar toko yang sering kali dengan tangan hampa. Tapi kamu selalu berharap masih dapat menemukannya. Suatu saat nanti, entah di toko buku yang mana. Kadang-kadang di toko besar kamu malah tidak menemukannya, dan perlu mencari di toko buku sederhana. Saat ketemu pun kadang-kadang dengan cara yang tak terduga. Harga pun tak jadi masalah, kala buku itu benar-benar langka dan sangat kita butuhkan. Dan jodoh itu kamu tahu mengapa ia langka? Ia benar-benar langka sampai kamu menemukannya dan merawatnya dengan sepenuh hati. Dan disaat seperti itulah kamu membuatnya semakin langka, satu-satunya di semesta ini."

OHHH! dan ternyata saya beruntung. Akhirnya saya berjodoh dengan buku ini (http://www.restyamalia.com/2015/02/pemilik-baru-buku-aku-karya-sjuman.html). Alhamdulillah. Sekali lagi saya mendapati keajaiban hukum semesta dan Sang Pencipta. Seringkali alam semesta bekerja dengan kebetulan yang besar. Tapi saya percaya pada doa yang selalu dijawab 'Iya' oleh Allah, jadi tidak ada kebetulan dalam hal ini. Semua sudah diatur dengan teliti dan persisi yang sangat detail.

Saya ucapkan terima kasih banyak Mba Resty, karena telah mengadakan event 'GIVE AWAY' dan mempercayakan saya menjadi sahabat bagi buku ini. Saya janji kok mba, bakalan jadi sahabat yang baik buat buku ini. Sekali lagi terima kasih. Semoga kita bisa berjumpa mba, Amiin, karena entah kebetulan atau tidak dengan adanya hal semacam ini telah berarti banyak yaitu memperluas lingkaran hidup saya, menambah jaring-jaring kehidupan. Saya juga kebetulan kuliah di Jogja, nanti kalau berkunjung ke Jogja kabarin aja mba.

Ohya jangan lupa tetap semangat menulis. Jangan sampai jadi penulis yang tidak menulis atau manusia yang tidak menuliskan kehidupan. Karena saya selalu percaya, apapun yang kita tuliskan tidak pernah sia-sia. Selalu ada orang diluar sana membutuhkan pemahaman-pemahaman baru melalui tulisan yang kita buat. Semangat menulis Mba Resty!

Salam hangat
Sandy


Jumat, 30 Januari 2015 0 komentar

Perempuan yang Mewakili Kaumnya


Nak, semua ada jalannya sendiri-sendiri. Semuanya akan baik-baik saja.


Telur ceplok setengah matang dengan sedikit rasa asin, kepulan asap dari nasi putih yang baru diangkat dari tungku dan segelas teh panas siap tersaji di meja. Mama menguraikan dengan jelas apa yang aku suka sewaktu kecil, meski sekarang masih tetap saja begitu. Dengan usia remaja seperti ini, aku masih sama, masih dianggapnya seorang anak kecil. Seorang anak kecil dalam arti anak yang akan selalu butuh kasih sayang dari seorang perempuan yang dipilihkan jadi Ibunya. Entah berapapun usianya nanti, jadi apa anaknya kelak ketika dewasa, dan kemanapun kakinya akan melangkah. 

Akupun tersadar, aku akan selalu merindukan rumah, rumah yang ada dalam pelukannya. Rumah yang selalu terbuka lebar entah apapun kondisiku ketika datang. Kini, meski usia memberikan rasa canggung untuk kembali. Tapi aku selalu ingin kembali merasakannya lagi. Entah meski sekali. Dan mungkin, atau pasti, aku akan selalu kecanduan akan rasa itu.

Menjadi seorang laki-laki memang serba salah, apa lagi mengenai ibunya. Seorang anak laki-laki harus jadi kuat sekaligus lembut. Memang tidak mudah, tapi mama selalu mencontohkannya dalam laku maupun tutur.  Oleh karenanya, ada yang harus jadi hebat, ada yang harus terus menguat tapi tak lupa kemana ia harus selalu berbakti. 

Ma, apa yang kamu inginkan dari anakmu ini? Jawaban yang keluar selalu sederhana dan sama dari mulutnya yang lembut serta parasnya yang ayu. Kamu sehat dan jadi orang yang sukses, nak. Kemudian aku bertanya pada diri sendiri, aku akan sukses dalam hal apa? Bisakah aku jadi sukses? Dalam kondisi yang sekarang ini, doa yang berwujud kata dengan nada berbicara seolah jadi cambukan yang keras. Keras, namun tidak pedih agar aku tersadar dari bayang-bayang kekanak-kanakan. Memang benar, laki-laki tidak bisa jauh dari sifat kekanak-kanakannya tapi tidak menutup juga ia harus terus tumbuh membentuk karakter yang akan membawanya menjadi ‘orang’ di lingkungan sosialnya. 

Ketika aku menatap lurus kedepan, jauh dalam jangkauan waktu, aku merasa hidup dalam ketidakpastian. Didorong oleh harapan seseorang yang melahirkan kita tidak pernah mudah. Mama pun bilang, Nak, semua ada jalannya sendiri-sendiri. Semuanya akan baik-baik saja. Jalani saja, nanti pasti juga ada jalannya. Ya, semudah itu mama menasehatiku maka akan sekeras-kerasnya aku harus berusaha agar terlihat mudah. 

Setiap orang punya jalannya masing-masing untuk sukses. Berarti setiap anak adalah jalan bagi kedua orang tua terutama ibu untuk mengantarkannya pada masa senja yang lebih baik. Jalan yang akan mengantarkannya pada pintu surga. Oleh karenanya, jalan itu harus baik, lurus nan lapang. Agar Mama bisa menikmati kehidupan masa senja sembari melihat anak-anaknya bahagia. 

Teruntuk Mama dan seseorang yang akan menjadi sepertinya. Kami, aku terutama anakmu Ma, mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas segala apa yang telah engkau berikan berupa kebebasan. Kebebasan dalam batas-batas kebenaran dan kejujuran. Adalah rasa bersalah bila saya pernah menyakiti. Adanya sisi kala kami tidak bisa lepas dari keberadaanmu, membuat kami menyadari sepenuhnya keberadaanmu adalah pelita dalam kehidupan. Saya merupakan manusia yang tidak akan pernah utuh tanpa apa-apa yang ada dalam jiwa dan ragamu. 

Engkaulah, Ma, seorang perempuan yang mewakili kaummu. Kaum yang menuntun sekaligus melengkapi kami dalam nurani yang kasat mata namun ada dan terasa. Jika boleh meminjam atau itu masih menjadi hakku, bolehkah aku dalam pelukan lagi dalam canggung yang masih menghantui. Meski sekali, aku ingin merasakannya kembali. 


"Tulisan ini disertakan dalam kegiatan Nulis Bareng Ibu. Tulisan lainnya dapat diakses di website http://nulisbarengibu.com” 
Selasa, 20 Januari 2015 0 komentar

Merangkum rindu butuh nyali
Kamu tak bisa menebak, sebanyak apa rindu tersimpan
Lorong-lorong tak berujung, disana rindu bersarang
Menanti tuannya datang mengambil
Entah warna rindu mana yang dipilih
Rindu serupa pelangi siap tersaji

0 komentar

Pada momen tertentu, kita perlu sesekali memeluk sisi 'anak-anak' dalam diri. Belajar terus bangkit walau selalu saja kita terjatuh. Sembari berbisik,'dunia akan baik-baik saja. Terus berjalan hingga nanti kamu bisa berlarian.'

Senin, 19 Januari 2015 0 komentar

Pada apapun yang berada disamping langkah, pada semesta yang belum kita pahami. Kita tak berhak membenci, kita hanya bisa mencintainya. Mencintai, seindah topan mencintai bumi. Cintailah, maka dengannya sesuatu yang ingin kamu benci akan membawamu terbang lebih tinggi lagi.

0 komentar
Telah dirahasiakan, pertemuan yang belum pernah kita tahu muaranya
Telah ditentukan, momen termagis saat jemari kita bersentuhan

Akan ku rindu sampai saat itu datang
Akan ku tunggu ketidakrelaanmu kala kita berjarak

Kita tidak pernah tahu, pada jiwa seperti apa hati kita memilih
Memilih yang telah dipilihkan

Jiwa yang serupa mentari kah? Atau jiwa serupa bayang?
Semuanya indah, aku menyukai keduanya

Sekali lagi, tak usah lelah menunggu
Aku kan berlarian menuju dirimu
0 komentar
Akan aku berikan suatu rahasia padamu, non. Dunia bergerak pada kehancuran dan ketidakteraturan, tapi semesta memang diciptakan begitu. Tidak usah khawatir, ketika kamu percaya pada Penciptanya. Seperti yang kamu tahu, manusia bagian dari semesta. Itulah mengapa manusia seringkali membuat kekacauan. Itulah mengapa sering kali aku kesal menghadapi manusia, tapi aku juga ingin membawanya pada kebaikan.

Manusia memang menyebalkan, tapi aku juga manusia. Dan seringkali, aku manusia yang tidak dimanusiakan. Memang benar, lakukanlah hal yang baik tanpa pernah berekspektasi pada apa yang akan kembali pada diri. Selagi kita jadi manusia, ya jadilah manusia seutuhnya. Hadir seutuh diri, sebagaimana manusia yang mempunyai perasaan dan akal.
Minggu, 18 Januari 2015 0 komentar

Ibu

Teruntuk Ibu, masih ku ingat ketika engkau selalu memaksa membawa bekal ketika aku menginjak TK. Bahkan aku yang selalu menolak untuk sarapan. Saat engkau telah bangun subuh dan memasakkan sayur kesukaanku.



Ada semesta bahasa dalam sujudmu
Ibu, tertera namamu dalam hidupku
Menjadikan ada diatas keyakinan diri
Ibu, ku eja rasa pada setiap masa
Senin, 12 Januari 2015 0 komentar

Bawa aku pulang

Bagaimana kalau aku ingin pulang, tapi tak tahu harus pulang kemana? Pulang ke rumah ? kau tahu sama saja menambah beban karena aku belum selesai skripsi.

Aku ingin pulang. Hujan, bawa aku pulang.
Tuntunlah aku pulang, dari tepian jalan.
Hujan, tunjukkan aku arah pulang.

Hujan, bawa aku pulang lagi.
Aku ingin pulang.

Aku ingin pulang ke tempatmu.
Sebentuk rindu ingin memelukmu.
 
;