Jumat, 27 Juni 2014 0 komentar

Warna Senyum

Secangkir coklat panas sudah aku habiskan malam ini. Namun tidak senyummu, ada candu disana. Tak habis aku nikmati manisnya. Purnama malam ini membawa perjalanan kita pada nuansa kisah nyata, bukan seperti kisah yang kita baca tempo hari. Aku disini berjalan disampingmu. Berjalan menuju ke 'tempat' yang sama, 'tempat' yang kita inginkan.

Aku menikmati malam ini tanpa spasi yang memisahkan senyummu dengan keindahan, kalian satu. Tak pernah ragu untuk menerangi seisi waktu. Aku pun tak pernah ragu dalam setiap apa yang ada pada dirimu.

Setiap dari kita memberikan peran tersendiri pada perjalanan ini. Ingatlah apapun yang ada pada dirimu adalah anugerah. Banyak orang yang ingin menjadi seperti dirimu. Aku pun tahu kamu nyaman dengan dirimu sendiri. Mungkin begitulah seharusnya setiap individu.

Waktu menuntut kita pada pemahaman tentang kehidupan. Kehidupan tidak selalu indah seperti apa yang kita inginkan bukan ? pernah suatu waktu kamu menyetujuinya. Sekarang aku menyaksikan setiap usahamu menemui titik terang. Ingatkah kamu pada setiap menjelang akhir babak setiap kisah pasti ada moment yang menuntut kita berusaha lebih keras hingga peluh bercucuran dan tak jarang menguras emosi. Serta yang membahagiakan adalah moment setelahnya, kita dapat menjadi diri yang lebih baik tanpa kita sadari.

Aku ingin melihatmu menjadi dirimu sendiri, pada pusaran waktu yang mustahil untuk kembali. Pada dirimu peran yang sesungguhnya akan terasa lebih indah, karena pemeran dapat dan mampu memainkan perannya dengan sepenuh hati. Senyumanmu akan semakin ku rindukan, hidup pada ruang-ruang perasaan.



Aku, kamu, mereka
warna-warna kehidupan
Setiap pendarnya memberikan arti

Aku berkisah
Kamu berkisah
Kisah kasih kehidupan yang sama

 
;